FILSAFAT UMUM
Pengertian
filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli
filsafat dengan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Secara etimologi yang dalam bahasa arab
dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophyadalah
berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos(cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,
inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).
Pada
mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia.
Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat
praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti:
fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan
matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis
mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan
politik. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala
sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan
sebuah proses bukan sebuah produk. Surajiyo (2005) membagi cabang filsafat
secara garis besar kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah
filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian
landasan pemikiran filsafat. Didalmnya meliputi logika, metodologi,
efistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan,
filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah,
filsafat hukum, filsafat komunikasi dan lain-lain.
Defenisi
kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut
para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat)
sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi
paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi yang
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya
dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika.
Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dari pada
dialog. Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof adalah:
1.
Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu
pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2.
Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir
dan dasar secara nyata.
3.
Upaya untuk menentukan batas-batas dan
jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikat, keabsahan, dan nilainya.
4.
Penyelidikan kritis atas
pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan.
5.
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu
Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.
6.
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologi,
istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia yang terbentuk dari dua akar kata philo dan Sophia.Philo berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha
untuk mencapai yang diinginkan itu.
Sedangkan sophia berarti
kebijakan (hikmah) atau kepandaian.Jadi filsafat adalah keinginan yang mendalam
untuk mencapai kepandaian, cinta pada kebijakan.
Secara terminology filsafat sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya.
Poedjawijanta mendefinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran-pikiran belaka.
Plato
mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata Aristoteles filsafat adalah ilmu
peengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan
penyebab-penyeban dari realita yang ada.
Secara
umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis,
radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses,
proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau
cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang
diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan
menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis,
mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman
yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap
heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan
jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran
yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan
untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka
keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih
mudah.
1.
B. Munculnya
Filsafat
Filsafat,
terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada
agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak
yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama
yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir
barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah:
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Sócrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah
filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini
menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
1.
C. Karakteristik Dasar Filsafat
Setidaknya
ada tiga karakteristik berpikir filsafat atau ciri dari filsafat, yakni:
1.
Berfikir Radikal atau menyeluruh,
Berfilsafat berarti berfikir secara radikal atau luas yang meliputi beberapa
sudut pandang. Para filosuf adalah para pemikir radikal, sehingga mereka tidak
akan pernah terpaku hanya kepada fenomena suatu identitas atau realitas
tertentu saja. Keradikalan berfikir mereka akan senantiasa mengobarkan
hasratnya untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Radik atau akar sebuah
realitas memang selalu dianggap penting oleh mereka karena menemukan akar atau
radik tersebut membuat mereka paham akan sebuah realitas tersebut. Berpikir
radikal akan memperjelas realitas lewat penemuan dan pemahaman akan realitas
itu sendiri. Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat atau akar seluruh
sesuatu itu dilakukan secara mendalam (radikal).
2.
Mencari asas (dasar) artinya dalam memandang realitas, filsafat
senantiasa mencari asas (dasar) yang paling hakiki dari keseluruhan realitas
yang ada melalui pemikiran yang mendalam sampai pada hasil yang fundamental.
Hasil pemikiran tersebut dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-masalah
keilmuan (sains).
3.
Memburu kebenaran (berspekulatif) artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan
dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu
dimaksudkan sebagai media garapan (objek) yang baru pula. Berfilsafat berarti
memburu kebenaran yang hakiki tentang sesuatu. Kebenaran yang diburu merupakan
kebenaran hakiki yang tidak meragukan dan dapat dipertanggung jawabkan, maka
setiap kebenaran harus senantiasa terbuka agar dapat diteliti ulang oleh filsuf
yang lain untuk mencari kebenaran yang lebih hakiki.
Sir
Isacc Newton, seorang ilmuwan yang sangat terkenal,President of the Royal
Society memiliki ketiga karakteristik ini. Ada banyak penyempurnaan
penemuan-penemuan ilmuwan sebelumnya yang dilakukannya. Dalam pencariannya akan
ilmu, Newton tidak hanya percaya pada kebenaran yang sudah ada (ilmu pada saat
itu). Ia menggugat (meneliti ulang) hasil penelitian terdahulu seperti logika
aristotelian tentang gerak dan kosmologi, atau logika cartesian tentang materi
gerak, cahaya, dan struktur kosmos. “Saya tidak mendefenisikan ruang, tempat,
waktu dan gerak sebagaimana yang diketahui banyak orang” ujar Newton. Bagi
Newton tak ada keparipurnaan, yang ada hanya pencarian yang dinamis, selalu
mungkin berubah dan tak pernah selesai. “ku tekuni sebuah subjek secara terus
menerus dan ku tunggu sampai cahaya fajar pertama datang perlahan, sedikit demi
sedikit sampai betul-betul terang”.
1.
D. Metode Kajian Filsafat
Metode
berasal dari bahasa Yunani, methodeuo yang diambil dari kata methodos,artinya
mengikuti jejak, mengusut, menyelidiki dan meneliti, akar katanya adalahmeta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam
hubungan dengan kegiatan yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja
teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu obyek yang
dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode tidak
sekedar menyusun dan menghubungkan bagian-bagian pemikiran yang terpisah-pisah,
melainkan juga merupakan alat paling utama dalam proses dan perkembangan ilmu
pengetahuan sejak dari awal penelitian hingga mencapai pemahaman baru dan
kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kegiatan
kefilsafatan merupakan kegiatan berfikir yang dilakukan dengan melakukan
perenungan-perenungan untuk menyusun suatu bagan secarra konseptual, artinya
dalam mencari permasalahan harus dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
memiliki hubungan antara stu dengan yang lain secara logis dan harus memberikan
penjelasan tentang pandangan dunia. Kerangka berfikir filsafat terdiri dari
analisis dan sintesis. Analisis dalam kegiatan filsafat digunakan utuk melakukan
pemeriksaan secara konseptual terhadap makna dan istilah yang dipergunakan
dalam pernyataan yang kita buat. Dengan analisis, kita dapat memperoleh makna
yang baru dan mengujinya dengan berbagai contoh-contoh, seperti; apakah impian
itu sesuatu yang nyata?. Sedangkan Sintesis merupakan upaya yang dilakukan
untuk mencari kesatuan dalam keberagaman, yaitu mengumpulkan suatu pengetahuan
atau keterangan sebanyak-banyaknya karena hasilnya akan lebih baik dan akurat.
Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode. Metode sering diartikan sebagai
jalan berfikir dalam bidang keilmuan. Metode dalam bidang filsafat adalah:
1.
Metode kritis, yaitu bersifat analisis
istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan
dengan jalan bertanya atau dialog secara terus-menerus kemudian di temukan
kesimpulan yang hakiki. Dengan metode ini, Socrates menemukan logika induksi
dan definisi. Logika induksi merupakan pemikiran yang bertolak dari pengetahuan
khusus (contoh konkrit) lalu memberikan kesimpulan yang umum.
2.
Metode intuitif, Dengan jalan instrospeksi dan
dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan pembersihan. Intelektual (bersama
dengan persucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pikiran.
3.
Metode Analisis Abstraksi, yaitu dengan cara
memisah-misahkan atau menganalisis didalam angan-angan(didalam pikiran) hingga
sampai pada hakikat (ditemukannya jawaban).
4.
E. Cabang-cabang Filsafat
Filsafat
sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan, kamudian berkembang menjadi
semakin rasional dan sistematis. masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat
tak pernah berkurang. Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan
dipecahkan, filsafat pun dibagi ke dalam bidang-bidang studi atau beberapa
cabang.
Aristoteles
membagi filsafat kedalam tiga bidang studi yaitu: 1) Filsafat spekulatifatau teoretis, yakni suatu cabang filsafat yang bersifat
obyektif. Termasuk di dalamnya adalah fisika metafisika, biopsikologi dan
sebagainya. Tujuan utama filsafat ini adalah pengetahuan demi pengetahuan itu
sendiri. 2) Filsafat Praktis, yakni filsafat yang memberi petunjuk dan pedoman
bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya, termasuk di
dalamnya adalah etika dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat praktis ini
adalah membentuk sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk
bertindak dalam terang pengetahuan itu. 3) Filsafat Produktif, yaitu pengetahuan atau filsafat yang membimbing dan
menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus, termasuk di
dalamnya adalah kritik sastra, retorika dan estetika. Adapun sasaran utama yang
hendak dicapai lewat filsafat ini adalah agar manusia sanggup menghasilkan
sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam terang pengetahuan yang
benar.
Wil
Durant dalam bukunya yang berjudul the story of philosophy mengemukakan lima
bidang studi filsafat, yaitu: 1) Logika, yakni studi tentang metode berfikir dan metode
penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dn induksi,
hipotesis dan eksperimen serta analisis dan sintesis. 2) Estetika atau disebut juga filsafat seni (philosophy of art), yakni
filsafat yang membahas tentang bentuk ideal dan keindahan. 3) Etika, yaitu
filsafat tentang studi perilaku ideal. 4) Politika, yaitu studi tentang organisasi sosial yang ideal, yakni tentang monarki,
aristokrasi, demokrasi sosialisme, anarkisme dan sebagainya. 5) Metafisika. Metafisika ini terdiri dari ontologi, filsafat psikologi dan
epitemologi.
1.
F. Kegunaan Mempelajari Filsafat
Filsafat
dianggap sebagai suatu sumber dari segala kebenaran yang mengharapkan kebenaran
atas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hidup. Tetapi ada juga anggapan yang
mengatakan bahwa itu merupakan omongan kosong belaka yang tidak ada artinya
bagi kehidupan. Berbicara mengenai manfaat dan kegunaan filsafat tidak dapat dipisahkan
dengan relevansi dalam kehidupan kita. Melalui pemikiran filsafat, dapat
dirumuskan beberapa kegunaannya bagi kita, yaitu:
1.
Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat
memperluas wawasan dan pengetahuan. karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan
akan bertambah pula cakrawala pemikiran yang lebih luas. Filsafat dipelajari
sebagai ilmu yang berawal dari permasalahan dan memiliki tugas untuk
mempelajari, mendalami dan akhirnya mencoba untuk menanggapi masalah tersebut.
2.
Dasar semua tindakan adalah ide. Filsafat
memuat ide-ide yang fundamental yang akan membawa manusia kearah suatu
kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya sehingga dapat
lebih hidup, lebih tangguh terhadap diri dan lingkungannya, serta hak dan
kewajibannya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita
semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya.
3.
Filsafat mengarahkan kepada kebenaran. Untuk
mencapai kebenaran diperlukan banyak refleksi tentang hidup. Melalui refleksi
kita dilatih untuk berfikir cermat, kritis dan mendalam. Dengan berfilsafat
maka kita dilatih untuk berfikir kritis dan melihat situasi konkrit
secara positif dan terbuka dalam menyelesaikan masalah secara dewasa.
4.
Filsafat dan pembentukan sikap. Melalui
filsafat kita dapat melibatkan diri secara penuh dalam berbagai aspek kehidupan
manusia. Disini kita dapat mengambil dan memilih pandangan-pandangan filosofis
tertentu tergantung pengalaman-pengalaman konkrit dalam hidup. Kita juga dapat
melibatkan diri dalam berbagai kajian dan telaah filosofis melalui aktivitas
intelektual.
5.
G. Rangkuman
6.
Filsafat merupakan suatu keinginan yang
mendalam untuk mendapatkan cinta dan kebijaksanaan. Dengan berfilsafat, manusia
dapat berfikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem
dan memandang masalah dari sudut pandang yang hakiki. Maka dari itu filsafat
pada hakikatnya mengemukakan pandangannya yang bersifat akar dari ilmu yang
lain.
7.
Semakin berkembangnya ilmu, kita mempelajari
bahwa bahwa baik asumsi, hukum alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau
absolut universal. Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola tertentu namun
kesemuanya itu bersifat probabilistik.
8.
Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak
dengan mempunyai asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam dan objek
yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial.
Ilmu alam membahas asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial
mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar